Karya
sastra merupakan gambaran terhadap realitas dunia. Sebagai wujud penggambaran
realitas dunia, maka kehidupan manusia cenderung menjadi latar belakang dalam
terciptanya karya sastra. Begitu pula
dengan sastrawan asal Prancis yang bernama Émile Zola.
Dilatar
belakangi kehidupan masyarakat pada masanya, Émile Zola berhasil menciptakan
sebuah karya berjudul ‘Germinal’. ‘Germinal’ merupakan novel ketiga belas Émile
Zola yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Bahkan pada tahun 1993, industri
perfilman pun turut mengadopsi novel ini sebagai film layar lebar dengan judul
yang sama.
Pada
mulanya, ‘Germinal’ merupakan sebuah cerita bersambung yang muncul di sebuah
majalah terbitan tahun 1884. Kemudian pada tahun 1885 karya tersebut muncul
dalam bentuk novel. Karya yang menggambarkan kehidupan kaum buruh di sebuah
industri pertambangan ini, kehadirannya sempat dikecam oleh para politikus
sayap kanan. Karya tersebut dianggap sebagai propaganda untuk menyerukan
revolusi.
Dalam
novel ini, Émile Zola menggambarkan realitas penderitaan kaum buruh yang dapat
memunculkan pertentangan antar kelas dengan kaum borjuis. Pertentangan antar
kelas tersebut berhasil digambarkan Émile Zola lewat dominasi kaum borjuis
terhadap kaum buruh. Selain pertentangan antar kelas, karya tersebut juga
menggambarkan adanya jurang sosial yang dalam antara kaum buruh dan borjuis
pada masa itu. Selain itu, kita juga bisa merasakan penderitaan besar yang
dirasakan kaum buruh juga praktik kapitalisme yang digambarkan oleh Emile Zola
lewat pengeksplorasian tambang batu bara secara besar-besaran.
Lewat
konflik yang terpapar dalam ‘Germinal’, kita bisa mengetahui bahwa terdapat
naturalisme yang kental dalam karya Émile Zola tersebut. Émile Zola telah
menampilkan realitas sosial dengan jujur dan alami. Pengekplorasian
besar-besaran yang membutuhkan tenaga kasar dalam jumlah besar, penderitaan
kaum buruh, dan dominasi kaum borjuis digambarkan oleh Émile Zola dalam
Germinal secara jujur dan sealamiah mungkin. Saya sebagai pembaca novel
tersebut dapat merasakan penderitan serta kentalnya kapitalisme yang terjadi
pada perekonomian Eropa di masa itu. Maka tak heranlah, jika sastrawan hebat
tersebut menjadi salah satu pelopor dalam aliran naturalisme di Prancis.
Émile
Zola mengingatkan saya pada sastrawan asal Indonesia yang bernama Ahmad Tohari.
Ahmad Tohari dengan karyanya yang berjudul ‘Senyum Karyamin’ menurut saya
memiliki kesamaan dengan ‘Germinal’. Dalam ‘Senyum Karyamin, Ahmad Tohari
menceritakan secara jujur dan alami kehidupan para penambang batu. Lewat alur
dan penokohan yang terjadi, Ahmad Tohari menggambarkan ketertindasan kaum buruh
dan adanya jurang sosial antara kaum buruh dengan penguasa.
Prakik
kapitalisme di Indonesia juga tergambar dalam ‘Senyum Karyamin’. Praktik
kapitalisme digambarkan dalam bentuk eksploitasi tambang batu yang membutuhkan
tenaga kasar kaum buruh. Namun, kaum buruh tersebut tidak pernah menerima upah
dari para tengkulak. Tenaga mereka diperas tanpa upah bahkan, mereka pun masih
harus membayar upeti kepada penguasa.
Émile
Zola dan Ahmad Tohari sama-sama menggambarkan realitas kehidupan kaum buruh
yang sesungguhnya lewat karya mereka masing-masing. Kedua sastrawan hebat
tersebut pun juga sama-sama dilatar belakangi oleh kehidupan manusia yang
terjadi pada masanya. Dari karya-karya tersebut kita juga dapat mengetahui
bahwa kapitalisme dapat terjadi dimana saja.
No comments:
Post a Comment