Friday, March 14, 2014

Aliran Naturalis dalam Kesusastraan Prancis dan Indonesia

Karya sastra merupakan gambaran terhadap realitas dunia. Sebagai wujud penggambaran realitas dunia, maka kehidupan manusia cenderung menjadi latar belakang dalam terciptanya karya sastra.  Begitu pula dengan sastrawan asal Prancis yang bernama Émile Zola.
Dilatar belakangi kehidupan masyarakat pada masanya, Émile Zola berhasil menciptakan sebuah karya berjudul ‘Germinal’. ‘Germinal’ merupakan novel ketiga belas Émile Zola yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Bahkan pada tahun 1993, industri perfilman pun turut mengadopsi novel ini sebagai film layar lebar dengan judul yang sama.
Pada mulanya, ‘Germinal’ merupakan sebuah cerita bersambung yang muncul di sebuah majalah terbitan tahun 1884. Kemudian pada tahun 1885 karya tersebut muncul dalam bentuk novel. Karya yang menggambarkan kehidupan kaum buruh di sebuah industri pertambangan ini, kehadirannya sempat dikecam oleh para politikus sayap kanan. Karya tersebut dianggap sebagai propaganda untuk menyerukan revolusi.
Dalam novel ini, Émile Zola menggambarkan realitas penderitaan kaum buruh yang dapat memunculkan pertentangan antar kelas dengan kaum borjuis. Pertentangan antar kelas tersebut berhasil digambarkan Émile Zola lewat dominasi kaum borjuis terhadap kaum buruh. Selain pertentangan antar kelas, karya tersebut juga menggambarkan adanya jurang sosial yang dalam antara kaum buruh dan borjuis pada masa itu. Selain itu, kita juga bisa merasakan penderitaan besar yang dirasakan kaum buruh juga praktik kapitalisme yang digambarkan oleh Emile Zola lewat pengeksplorasian tambang batu bara secara besar-besaran.

Lewat konflik yang terpapar dalam ‘Germinal’, kita bisa mengetahui bahwa terdapat naturalisme yang kental dalam karya Émile Zola tersebut. Émile Zola telah menampilkan realitas sosial dengan jujur dan alami. Pengekplorasian besar-besaran yang membutuhkan tenaga kasar dalam jumlah besar, penderitaan kaum buruh, dan dominasi kaum borjuis digambarkan oleh Émile Zola dalam Germinal secara jujur dan sealamiah mungkin. Saya sebagai pembaca novel tersebut dapat merasakan penderitan serta kentalnya kapitalisme yang terjadi pada perekonomian Eropa di masa itu. Maka tak heranlah, jika sastrawan hebat tersebut menjadi salah satu pelopor dalam aliran naturalisme di Prancis.
Émile Zola mengingatkan saya pada sastrawan asal Indonesia yang bernama Ahmad Tohari. Ahmad Tohari dengan karyanya yang berjudul ‘Senyum Karyamin’ menurut saya memiliki kesamaan dengan ‘Germinal’. Dalam ‘Senyum Karyamin, Ahmad Tohari menceritakan secara jujur dan alami kehidupan para penambang batu. Lewat alur dan penokohan yang terjadi, Ahmad Tohari menggambarkan ketertindasan kaum buruh dan adanya jurang sosial antara kaum buruh dengan penguasa.
Prakik kapitalisme di Indonesia juga tergambar dalam ‘Senyum Karyamin’. Praktik kapitalisme digambarkan dalam bentuk eksploitasi tambang batu yang membutuhkan tenaga kasar kaum buruh. Namun, kaum buruh tersebut tidak pernah menerima upah dari para tengkulak. Tenaga mereka diperas tanpa upah bahkan, mereka pun masih harus membayar upeti kepada penguasa.

Émile Zola dan Ahmad Tohari sama-sama menggambarkan realitas kehidupan kaum buruh yang sesungguhnya lewat karya mereka masing-masing. Kedua sastrawan hebat tersebut pun juga sama-sama dilatar belakangi oleh kehidupan manusia yang terjadi pada masanya. Dari karya-karya tersebut kita juga dapat mengetahui bahwa kapitalisme dapat terjadi dimana saja.

No comments:

Post a Comment