Friday, July 13, 2012

Tentang Sebuah Simpangan

(google images 2012)
Kau telah menetapkan hujan sebagai pilihanmu. Sedangkan aku, lebih memilih bunga. Bukankah hujan tak mungkin selalu ada untuk bunga?


Ini bukan soal kebersamaan, Die. Tapi pilihan. Seperti hujan, tak mungkin selalu ada untuk bunga. Hanya sesekali saja mereka bertemu.

Tak selamanya juga jalanan ini satu arah. Selalu ada simpangan. Kita harus memilih simpangan yang berbeda, Die. Tujuan kita pun berbeda. Tak mungkin kita harus selamanya  bergandengan.


Ayolah Die, Saat ini kau boleh marah padaku. Tapi aku yakin, lambat laun kedewasaan akan menjelaskan maksudku. Kita bukan anak kecil lagi yang selalu bermain bersama di bawah senandung hujan. Kita juga bukan bocah yang masih memakai kaos merah bergambar kartun kesayangan.

Kita sudah dewasa, Die. Sudah seharusnya membicarakan soal pilihan. Dan pilihan tak selamanya harus sama. Kau masih ingat kan? Bumi itu bulat. Seberapa jauh pun kita melangkah pasti akan kembali pada suatu titik.

Aku harap, jika kelak waktu berpihak, kita akan saling berbagi cerita mengenai warna-warni simpangan yang kita pilih. Bukankah itu mengasyikan, Die? Kita tak hanya berbagi mengenai kisah Shinchan yang tak pernah beranjak dewasa itu. 

Atau mungkin, jika kelak kita benar-benar bertemu pada titik yang sama, kita hanya saling mengenang masa lalu sembari menyesali perbedaan simpangan itu. Entahlah. Jalani saja tujuan kita saat ini.




*Surat untuk lelaki hujan


4 comments:

  1. dewasa? dewasa itu nggak teledor dan peka terhadap perasaan orang lain

    ReplyDelete
  2. kisah yg deket banget ama keseharian yah.

    ReplyDelete
  3. ciee. lelaki hujan. aku juga suka hujan nggrek :D
    mampir ke blogku dong http://zahralfirdaus.blogspot.com/
    hehehe

    ReplyDelete