(google images 2012) |
Kau telah menetapkan hujan sebagai pilihanmu. Sedangkan aku, lebih memilih bunga. Bukankah hujan tak mungkin selalu ada untuk bunga?
Ini
bukan soal kebersamaan, Die. Tapi pilihan. Seperti hujan, tak mungkin selalu ada
untuk bunga. Hanya sesekali saja mereka bertemu.
Tak selamanya juga
jalanan ini satu arah. Selalu ada simpangan. Kita harus memilih simpangan yang
berbeda, Die. Tujuan kita pun berbeda. Tak mungkin kita harus selamanya
bergandengan.
Ayolah Die, Saat ini kau
boleh marah padaku. Tapi aku yakin, lambat laun kedewasaan akan menjelaskan
maksudku. Kita bukan anak kecil lagi yang selalu bermain bersama di bawah
senandung hujan. Kita juga bukan bocah yang masih memakai kaos merah bergambar
kartun kesayangan.
Kita sudah dewasa, Die.
Sudah seharusnya membicarakan soal pilihan. Dan pilihan tak selamanya harus
sama. Kau masih ingat kan? Bumi itu bulat.
Seberapa jauh pun kita melangkah pasti akan kembali pada suatu titik.
Aku
harap, jika kelak waktu berpihak, kita akan saling berbagi cerita mengenai warna-warni
simpangan yang kita pilih. Bukankah itu mengasyikan, Die? Kita tak hanya
berbagi mengenai kisah Shinchan yang tak pernah beranjak dewasa
itu.
Atau
mungkin, jika kelak kita benar-benar bertemu pada titik yang sama, kita hanya
saling mengenang masa lalu sembari menyesali perbedaan simpangan itu. Entahlah. Jalani saja tujuan
kita saat ini.
*Surat untuk lelaki hujan
dewasa? dewasa itu nggak teledor dan peka terhadap perasaan orang lain
ReplyDeletekisah yg deket banget ama keseharian yah.
ReplyDeleteahahhahaha. lihat labelnya fiksi.
Deleteciee. lelaki hujan. aku juga suka hujan nggrek :D
ReplyDeletemampir ke blogku dong http://zahralfirdaus.blogspot.com/
hehehe